Thursday, December 20, 2007

Jurnalis pun Mengurus Langit

(Dan lahirlah Komunitas Ozone Borneo)

by A.Alexander Mering

Di penghujung workshop Jurnalis Program Perlindungan Lapisan Ozone Sektor Foam di Hotel Kapuas Palace, 19 Desember lalu, sejumlah wartawan dari media cetak maupun elektronik regio Kalimantan memutuskan membentuk Komunitas Ozone Borneo. Tukang gosoknya adalah Tri Widyati, dari Adep Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Depertemen Kementerian Lingkungan Hidup. Dia sekaligus pengampu dalam workshop itu dan 8 kegiatan serupa di seluruh Indonesia dalam rangka mengkampanyekan penyelamatan ozone, sebelum terlanjur terlambat. Jika climate Change mengacu kepada protokok Kyoto, maka untuk keselamtan Ozone ini, pedomannya adalah Protokol Montreal.
Ada bang Tri Budhiarto, Ketua Bapedalda Kalbar yang menyemangati kami sekaligus memfasilitasi terselenggaranya gawai ini. Menjelang penutupan acara Bu Tri Widyati meminta kami untuk membuat semacam sharing . Sehingga bicara tentang penyelamatan ozone tidak cuma habis di ruang diskusi, seperti banyak terjadi di banyak seminar di republik ini.
"Kita ingin ada tindak lanjut konkrit yang bisa dilakukan," kata sang pengampu.
Lantaran selama 2
hari workshop itu sayalah yang paling banyak 'mengacau' di ruangan, saya pun diminta untuk memandu pertemuan penutup tersebut. Di samping saya ada bang Odang, dari kantor Bapedalda Kalbar. Kami bersama-sama meminta partisipasi seluruh peserta untuk menggali ide mereka.
Dari wacana yang saya lontarkan, alhasil para peserta termasuk dua jurnalis dari Kalteng setuju dibentuknya semacam forum bagi para Jurnalis lingkungan. Mengkerucut lagi, dan akhirnya disepakatilah dibuat satu komunitas dengan nama sementara Komunitas Ozone Borneo. Disetujui juga dibuat milis bagi para jurnalis yang tergabung dalam komunitas ini atau siapa saja yang penduli pada keselamatan Ozon di lapisan langit yang disebut Troposphere, stratosphere, mesosphere, thermosphere hingga exosphere.
"Nah, kini wartawan pun akhirnya turut mengurusi langit," kata saya dalam hati.
Untuk memudahkan komunikasi dan informasi tentang apa saja yang berkenaan dengan penyelamatan ozone, selain milis juga akhirnya disepakati dibuat media maya, web log http://ozoneborneo.blogspot.com. Secara aklamasi ditunjuklah bung Aris wartawan Media Indonesia menjadi Administrator situs Komunitas Ozone Borneo ini. Lalu Novi menjadi asistennya. Saya yang semula didaulat , menolak halus dengan alasan sudah menjadi admin di Borneo Blogger Community (bbc) yaitu suatu situs tempat ngumpulnya blogger di rantau pulau Borneo ini.
Benarlah kini. Apa yang tertulis akan tetap tertulis. Lahirlah lagi sebuah sejarah di perut Borneo ini. Pulau terbesar ketiga di dunia. Pulau yang dihuni ribuan puak suku dan bangsa. Kelahiran Komunitas Ozone Borneo ditandai gemuruh tepuk tangan seluruh peserta. Saya tersenyum sumrigah. Demikian juga Aris yang duduk di kursi bagian tengah. Teman yang dari Kalteng juga setuju situs ini di kendalikan di Pontianak sementara ini. Belum terfikirkan hingga kapan kesepakatan tersebut berlaku. Tekad Kami hari itu adalah bagaimana dapat berkampanye, menyuarakan upaya-upaya yang berkenaan dengan penyelamatan lapisan ozone di planet ini.
Setidaknya media adalah sarana yang tepat untuk melakukannya, memberikan informasi yang cukup bagi masyarakat agar mereka bisa dan mampu menimbang, menganalisa dan pada akhirnya memutuskan segala sesuatu dengan cerdas. Akhirnya manusia memang harus sadar bahwa kehidupan di bumi tidak akan bisa berjalan sendiri, tidak akan bisa langgeng tanpa ada kesadaran mengurus langit.

0 comments:

Template Design | Elque 2007